Ramadhan nan agung kembali tiba di relung hati dan jiwa ini. Inilah bulan teristimewa yang menjadi pintu kekariban bagi kita selaku hamba, di mana kita berkesempatan amat luas untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Tak cuma dalam konteks hubungan antara kita dan Allah ‘Azza wa Jalla, namun senyatanya pada Ramadhan ini pulalah kekariban kita dengan keluarga, sanak-keluarga, dan jiran menjadi terbangun dengan amat mesra.
Di saat sahur bersama keluarga, ada secercah harap yang kita tumpangkan, di saat membangunkan keluarga untuk berkumpul menikmati hidangan sahur, kiranya kita dapat menghidupkan suasana Ramadhan dalam rangka menempa keluarga dalam amal-amal kebajikan yang penuh keikhlasan.
Saat itulah niat berpuasa dicetuskan. Ada yang menyebut di dalam hati, ada yang dilafazkan untuk didengar semua. Ada yang berniat satu kali untuk puasa selama sebulan, ada yang berniat setiap hari saat menjelang makan sahur. Mana yang kita suka, pilihlah. Karena Allah SWT Mahatahu apa yang para hamba kerjakan, baik yang tampak maupun tersembunyi.
Pada malam-malam Ramadhan kita sama memakmurkan masjid dalam suasana kegembiraan ibadah. Antarjamaah dengan tanpa melihat status dan kelas orang perseorang, saling berbaur menjadi satu mengikat-eratkan kekariban sesaudara.
Kaum ibu pun sibuk dengan tugas dapurnya, menyediakan penganan berbuka bagi keluarga, dan sebagiannya tak lupa dikirim pula ke tetangga atau ke masjid atau mushalla. Jelang waktu Isya anak-anak remaja dan kaum ibu saling berebutan tempat di shaf-shaf shalat meletakkan sajadah untuk taraweh dan mendengar taushiyah para ustadz dan alim ulama.
Sebagian jamaah lazim pula tetap bertahan untuk melanjutkan tadarus Qur’an, berdzikir, dan mendiskusikan soal-soal keimanan, keluarga, sampai soal kemasyarakatan dan kebangsaan.
Suasana yang penuh karib dan bersahabat ini mestinya terus dipelihara sampai dengan akhir Ramadhan. Alangkah indahnya jika selama sebulan ini rumah dan masjid tetap penuh dan bertaburan cahaya kasih dan sayang antarkita, agar supaya nur dan kasih sayang Allah Subhanahu Wata’ala itu turun ke lubuk hati kita masing-masing, terpelihara harmoni kemesraan sepanjang hidup.
Billahi Fii Sabilil-Haq